Tiga Tim U Mild Latihan Hadapi Wartawan

Bogor, 24 Juni 2009 – Banyak pembalap Indonesia gelagapan saat harus berbicara didepan publik atau media. Usai naik podium dan digiring ke ruang konferensi pers, kegarangan sang juara disirkuit tak lagi terlihat. Ada yang salah tingkah, pendiam, malu-malu bahkan tidak bisa berkata apapun. Kalau ditanya wartawan jawabnya hanya sepatah dua patah kata, sehingga informasi menarik dari balapan tersebut dan bisa menjadi bahan tulisan bagi wartawan tidak bisa tersampaikan.

Jika dibandingkan dengan pembalap Asia, para pembalap kita terlihat jauh tertinggal dalam hal komunikasi. Hal ini terlihat jelas pada saat konferensi pers di ajang Asia Road Racing Championship, baik saat di seri Sepang Malaysia maupun Autopolis Jepang beberapa waktu lalu. Para pembalap dari Malaysia dan Thailand terlihat lebih siap dan lugas dalam menyampaikan tutur kata dihadapan para jurnalis.

Padahal dibandingkan kedua negara tetangga itu, Indonesia memiliki jumlah media yang jauh lebih banyak. Logikanya, pembalap tanah air seharusnya sudah lebih tangkas dalam urusan berhadapan dengan wartawan. “Banyak pembalap kita yang demam panggung saat konferensi pers, mereka seperti kehilangan kata dan tidak bisa menceritakan secara lugas tentang kemenangan mereka. Padahal sebagai seorang juara mereka juga harus memiliki mental juara sehingga tidak malu atau takut terhadap media,” tandas Ahmad Nasyiruddin, Brand Manager U Mild saat membuka Media Training bagi para pembalap Indonesia di Hotel Santika, Bogor (24/06).

Melihat fenomena ini, U Mild sebagai brand yang memilki kepedulian terhadap dunia balap tanah air membuat Media Training bagi rekan-rekan pembalap. Sebanyak sebelas pembalap top tanah air dari tiga tim besar yaitu, Suzuki IRC U Mild AHRS, ASH U Mild Motorsport dan U Mild U Bikers Indonesia Racing Team, antara lain M. Fadli, Wahyu Widodo, Hendriansyah, Dwi Satria, Wawan Hermawan, Fl. Roy, Raka Sebastian, Sigit PD, Rain Doni, Anggi Permana dan Fitriansyah Kete mengikuti pelatihan menghadapi publik dan media. Materinya dimulai dari pengenalan media, sikap duduk dan teknik berbicara saat konferensi pers hingga ekspresi dihadapan kamera. Para pembalap juga diperlihatkan video para pembalap Moto GP seperti Casey Stoner, Dani Pedrosa, dan Valentino Rossi saat sedang konferensi pers dan dibandingkan dengan video pembalap Indonesia saat sedang berbicara di depan jurnalis. Bahkan mereka juga melakukan praktek simulasi langsung dihadapan beberapa rekan media yang diundang hadir dan ditonton oleh sesama pembalap, mekanik serta crew team lainnya.

Tak jarang di ruangan pelatihan menggelegar gelak tawa dari para jurnalis dan crew team. Kejadian lucu yang terjadi karena ulah pembalap yang gugup dan salah tingkah saat simulasi press conference atau ketika diminta bergaya di podium seperti layaknya pembalap Moto GP. Mereka mencoba mempraktekkan teori yang sudah didapat dan juga meniru gaya pembalap Moto GP tapi malah terlihat lucu karena tegang. Namun bimbingan serius tapi santai dari para trainer dan jurnalis akhirnya membuat mereka lebih cair dan kian percaya diri saat praktek yang kedua kali. “Semoga saat Asia Road Race Championship di Sentul akhir pekan ini mereka bukan hanya siap merebut podium di kandang sendiri, tapi juga siap menghadapi publik dan jurnalis seperti layaknya para pembalap dunia,” kata Nasyir. Selain media training, para pembalap juga sekaligus melakukan syukuran tim menjelang Asia Road Racing Championship seri ketiga di Sentul minggu ini.

Para pembalap mengaku sangat terbantu dengan pelatihan ini. Salah satu pembalap dari tim Suzuki IRC U Mild AHRS, Wahyu Widodo mengatakan pelatihan komunikasi publik ini sangat berpengaruh terhadap rasa percaya diri saat berhadapan di depan publik. Selain itu para pembalap jadi lebih tahu bagaimana harus bersikap saat menghadapi media. “Selama ini jika diwawancara saya tidak berani memandang mata wartawan, juga kurang bisa lugas bercerita tentang kondisi di trek. Sekarang jadi lebih percaya diri dan semoga tidak grogi lagi,” ujar Wahyu.

Sang Dewa Road Race Hendriansyah yang sudah sering berada di pentas podium saja mengaku masih sering mengalami kendala ini. “Saya sering kali merasa gugup ketika berada di depan wartawan saat konferensi pers, ini sangat berbeda ketika berada diatas motor,” tandasnya. Hendriansyah yang terkenal jarang senyum saat difoto ini juga diajarkan langsung oleh wartawan foto bagaimana agar lebih ekspresif saat berada di atas podium atau di depan kamera foto.

Eddy Saputra, Racing Manager ASH U Mild Motorsport yang juga memberikan bimbingan mental dalam training ini mengatakan pelatihan berkomunikasi perlu diadakan secara rutin, agar para pembalap kita punya mental juara. Menurutnya, pembalap tak hanya wajib tajam membaca strategi balap, tapi juga harus pandai mengangkat dirinya melalui komunikasi yang baik kepada media massa. “Melalui pemberitaan media, para pembalaplah yang akan diuntungkan. Mereka yang berprestasi bisa lebih terangkat sehingga sangat mungkin sponsor pun akan banyak melirik untuk memfasilitasi mereka,” tegas Eddy.

Eddy mencontohkan Valentino Rossi yang sangat lihai memasarkan dirinya sendiri dengan mencuri perhatian media. “Rossi selalu menjadi obyek yang menarik bagi media massa. Meskipun saat kalah, dia tetap menjadi pusat perhatian dalam setiap pemberitaan tentang Moto GP. Karena dia tahu bagaimana menjual dirinya kepada media,” jelas Eddy. Pembalap kita memang masih harus banyak belajar. Minimal paham bahwa media adalah teman, bukan musuh dan berperan secara tidak langsung untuk karir balap mereka.

Leave a comment